Berita

Diduga Pelayanan Tidak Prima, Warga Gruduk  dan Segel Kantor Tirta Kanjuruhan

66
×

Diduga Pelayanan Tidak Prima, Warga Gruduk  dan Segel Kantor Tirta Kanjuruhan

Sebarkan artikel ini
Warga gruduk dan segel kantor Tirta Kanjurahan Malang

Malang, LENSANUSANTARA.CO.ID – Monopoli pelayanan air bersih oleh Perumda Tirta Kanjuruhan di Kabupaten Malang yang telah berjalan selama 44 tahun rupanya dinilai warga justru semakin mengecewakan. Ironisnya, meski perusahaan ini kerap menerima berbagai penghargaan, kenyataan di lapangan berbanding terbalik.

Kekecewaan mendalam dirasakan warga Perumahan Griya Permata Alam (GPA) Raya, Ngijo, Kecamatan Karangploso. Mereka berkali-kali mengalami pemadaman air tanpa pemberitahuan. Salah satunya terjadi pada Sabtu (14/5/2025), saat aliran air mati total sejak pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB.

Example 300x600

“Kami seolah-olah mendapat ‘kado ulang tahun’ dari Tirta Kanjuruhan. Ulang tahun mereka ke-44, tapi kami justru harus kehausan dan kesulitan air bersih,” ungkap Ita Fitriyah, Owner Batik Lintang Malang, yang terpaksa menghentikan produksi pada hari itu. “Jangankan untuk produksi batik, untuk mandi dan wudhu saja kami kesulitan,” tambahnya.

Anehnya, meski lokasi GPA Raya berada dekat dengan sumber air dan telaga, justru warga sekitar yang mengalami kekeringan. Lebih miris lagi, jarak antara sumur bor dan tandon utama ke rumah warga hanya sekitar 100 meter, namun air justru dialirkan ke perumahan eksklusif.

“Dulu mereka datang memohon izin pengeboran dan janji air mengalir 24 jam, tapi kenyataannya sekarang kami malah jadi korban,” kata Asnam, Ketua RT 03/RW 10. Kekecewaan yang memuncak membuat warga geram dan melakukan aksi penyegelan kantor Tirta Kanjuruhan di lingkungan mereka pada Sabtu malam sekitar pukul 19.00 WIB.

Indra (48), warga RT 03, menilai pelayanan Tirta Kanjuruhan sangat tidak adil. “Kami seperti menyediakan air untuk kampung lain, padahal kampung kami sendiri tidak dialiri. Ini penghianatan dari janji awal mereka,” tegasnya.

Indra menambahkan, kejadian mati air tanpa pemberitahuan bukan pertama kali terjadi. Dalam seminggu, gangguan serupa sudah terjadi tiga kali. “Selalu alasannya teknis. Lalu uang iuran kami untuk apa? Masak tidak ada perawatan rutin? Ini namanya pembiaran,” kesalnya.

Asnam menegaskan bahwa penyegelan kantor merupakan puncak dari akumulasi kekecewaan warga. “Kami yang paling dekat dengan sumur dan tandon saja kesulitan air. Bagaimana nasib warga di RT lain yang lebih jauh? Ini benar-benar sudah keterlaluan,” tegasnya.